Suku Kenyah dikenal sebagai pemahat dan pembuat ukiran yang mempunyai nilai seni tinggi serta mengandung makna filosopis dalam kerajinan tangan mereka termasuk ukiran.
Seni ukir/motif/lukisan, dalam bahasa Kenyah disebut Kalung. Menurut kepercayaan mereka kalung (ukiran/motif/lukisan) memiliki makna simbol tersendiri dan dipercayai ada Bali (Roh) pelindung.
Kalung adalah bahasa simbolik/bahasa perantara antara mereka dengan roh pelindung.
Dalam kepercayaan suku Kenyah dahulu kehidupan mereka terbagi dalam dunia atas, tengah dan dunia bawah yang dihuni oleh para dewa dan roh . Sementara para dewa memiliki sedikit keterlibatan dengan kehidupan sehari-hari, hutan dan sungai adalah rumah bagi kelimpahan roh yang mengganggu terus-menerus dalam urusan manusia.
Oleh sebab itu sebelum membuat ukiran/lukis (kalung) terlebih dahulu diadakan pesta ritual berupa babui (babi), parang/baing ilang (mandau) dan tawek (gong) untuk mengingatkan roh dalam kalung tersebut supaya dapat mengenali siapa pemiliknya dan untuk melawan dari kekuatan jahat yang ingin mengganggu si pemilik tersebut.
Selain menangkal roh berbahaya, kalung juga berfungsi sebagai simbol status. Hanya kelompok Paren Bio'/Deta'au Bio'/Deta'au Tiga (bangsawan besar) yang berhak untuk menghias pakaian mereka dan mengimplementasikannya dengan motif Kelunan (manusia penuh/utuh/lengkap).
Sedangkan Paren Dumit/Deta'au Dumit (bangsawan yang lebih rendah/kecil) hanya Aso'(anjing dan naga) dan Silung Kelunan (wajah manusia) , sementara rakyat jelata dibatasi hanya motif geometris dan motif Sapuk (bunga) dan Kelawit Kawit (tumbuhan).
Kalung suku Kenyah umumnya terdiri dari beberapa motif dan simbol :
☑ Kalung Kelunan (Manusia)
☑ Kalung Lengunan (Naga)
☑ Kalung Sapuk (Bunga)
☑ Kalung Aso' (Anjing & Naga)
☑ Kalung Baya' (Buaya)
☑ Kalung Lenjau (Harimau)
☑ Kalung Temengang (Burung Enggang)
☑ Kalung Kayu Udip (Pohon Kehidupan)
☑ Kalung Silung Kelunan (Wajah Manusia)
☑ Kalung Kelawit lawit (Tumbuh-tumbuhan)
Suku Kenyah sangat menghormati penggunaan kalung sehingga tidak dapat digunakan secara sembarangan, baik itu didinding rumah, pakaian dan lain sebagainya. Ada pun penggunaan kalung (dinding atau tiang rumah, pakaian, patung, batu, perisai, mandau) semua harus ada alasan sesuai dengan tujuan pemiliknya. Mereka menggunakan Kalung (seni ukir/motif) untuk menggambarkan kehidupan keseharian mereka.
(1) Simbol status dalam masyarakat (Stratifikasi sosial)
Jenis-jenis kalung tidak boleh digunakkan sembarangan. Misalnya kalung kelunan, aso', lengunan, temengang hanya boleh dipakai oleh golongan Paren/Deta'au (bangsawan). Jenis-jenis kalung ini juga merupakan identitas bagi golongan Paren/Deta'au.
(2) Sebagai pelindung
Masyarakat Kenyah percaya bahwa kalung memainkan peranan penting sebagai simbol atau cerminan individu tersebut. Sebagai contoh, ketua adat selalu menghiasi kalung kelunan dan kalung lejau sebagai pelindung rumahnya serta kalung temengang pula adalah kalung yang dapat menyejukkan suasana di dalam rumah.
(3) Sebagai perhiasan seni kriya
Contohnya motif yang terukir pada sesuatu kelembit (perisai) yang mana mereka biasanya menggunakan jenis kalung silung kelunan. Menurut kepercayaan masyarakat Kenyah, motif pada kelembit yang menyerupai kepala manusia dengan mata yang besar terbelalak dengan gigi dan taring yang memanjang keluar dapat melemahkan semangat perang pihak lawan. Sedangkan kalung kelawit-kawit untuk menghiasi alat musik khas Kenyah seperti sambe'/sape/sampe’, lutung, jatung utang dan sebagainya. Motif jenis ini tidak saja dapat memperindah alat musik tersebut tetapi juga dipercayai dapat membangkitkan minat, semangat dan kemahiran kepada si pemain musik bersangkutan.
(4) Sebagai perhiasan diri (tattoo)
Kalung juga dilukis sebagai perhiasan badan dalam bentuk tattoo. Merajah tubuh atau bertattoo adalah salah satu dari adat dan tradisi suku Kenyah. Bagi kaum wanita Kenyah memiliki tattoo bukan saja sebagai simbol kecantikan tetapi juga dipercayai sebagai persiapan kehidupan setelah kematian. Tattoo pada tubuh wanita dipercayai dapat menjadi penerang dijalan yang gelap. Sedangkan bagi kaum pria tattoo sebagai tanda kepahlawan serta sebagai tanda seseorang yang pernah melakukan peselai (mengembara/melakukan perjalanan jauh dari kampung halaman).
(5) Hiasan di bagian bangunan (rumah, dinding, perahu, lumbung padi)
Pada asasnya hiasan-hiasan motif tradisi ini terdiri dalam bentuk kalung nding, kalung besulan, kalung suka’, kalung libun atau kalung lepubung yang ada kaitan dengan semangat padi. Motif yang dilukis pada perahu perahu panjang juga dihiasi dengan motif lengunan, aso, baya', temengang dan sebagainya. Selain itu, motif juga kelihatan pada tiang-tiang rumah, tempat bersembahyang, dinding-dinding rumah panjang etc.
(6) Hiasan untuk pakaian adat tradisional Kenyah
Kalung juga ditempatkan pada pakaian tradisional lelaki dan perempuan Kenyah yang digunakan semasa upacara adat maupun keagamaan. Contohnya tapung (topi khas Kenyah), sapai dan ta’a (pakaian tradisional perempuan Kenyah) biasanya dihiasi dengan pelbagai jenis kalung seperti kalung silung kelunan, kalung kelawit-kawit, etc. Begitu juga dengan penari lelaki yang mana kalung ini digunakan pada bagian sapai, besunung/sunung, abet, tabit/tabin (pakaian tradisional lelaki Kenyah) dan lain sebagainya.
Secara keseluruhan kalung dengan bemacam jenis motifnya dalam tradisi Kenyah dipercayai memiliki kehidupan sebagaimana halnya manusia. Kalung dipercayai mempunyai bali (roh) atau semangat yang mampu membantu, melindungi dan sebagainya.
Kalung juga sebagai seni yang dapat memberi kita pelajaran tentang pentingnya kesadaran dalam hidup utamanya dari segi penghargaan kepada alam sekitar, emosi, seni dan budaya. Kalung juga akhirnya menjadi lambang identitas yang terpatri kuat kepada suku Kenyah akan keahlian mereka sebagai pakar dalam hal seni kerajinan tangan/seni kriya, dimana kalung (motif/ukiran/lukisan) mewakili banyak makna filosopis dalam tradisi budaya mereka.
source image : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Kenyah_mural_painting.jpg