Apa kabar sahabat budaya semua..lama admin tidak update. I know i've not been updating very consistently..one of the many reason is due to sheer laziness..😀. Ok, sekarang admin akan update sebuah postingan tentang upacara pemberian nama anak didalam masyarakat suku Kenyah. Semoga berguna dan bermanfaat.
Dalam masyarakat Kenyah upacara/pesta adat memberikan sebuah nama kepada seorang anak (pusau/ngalang anak) adalah tradisi sosial budaya yang sangat teramat penting. Tanpa penamaan anak yang tepat, anggota masyarakat akan dibenci oleh masyarakat Kenyah dan tidak akan pernah memiliki banyak martabat.
Filosopi upacara pemberian nama Kenyah ini adalah untuk menjaga identitas dan kemurnian masyarakat Kenyah dengan mempertahankan nama-nama tepun (leluhur) mereka.
Nama anak dipilih oleh para penatua Kenyah dan kesesuain nama untuk anak ditentukan pada upacara tersebut. Nama harus dipilih dengan sangat berhati-hati.
Para tetua membaca silsilah keluarga saat meninjau nama tepun (leluhur/nenek moyang) dari kedua orang tua si anak. Dengan cara ini, nama-nama keluarga terpelihara untuk generasi Kenyah yang akan datang berikutnya. Dan ini juga membantu dalam menjaga/memelihara strata sosial mereka.
Baca juga : Stratifikasi Sosial Suku Kenyah
Penggunaan nama khas orang Kenyah sangatlah unik. Nama-nama khas orang Kenyah semua diambil dari nama kehidupan mereka di alam dan hutan yang memakai nama-nama alam,tumbuhan maupun hewan dan merujuk kepada nama leluhur mereka. Oleh karena penamaan tersebut memakai bahasa Kenyah maka tentu saja suku Kenyah atau etnik Apau Kayan/Orang Ulu umumnya yang mengerti arti dari nama-nama tersebut serta tujuan penggunaan nama leluhur tersebut.
Contoh berikut sebagian nama-nama khas orang Kenyah : Anyi, Aran, Apoi, Ding, Kule, Lenjau/Lencau, Lerang, Merang, Baya, Bilung, Udau, Ulau, Uyau, Ngang, Njau, Njuk, Lawai, Ingan, Bulan, Bungan, Baun, Ping, Limbang, Ulem, Udang, Usun, Uding, Etc.
📢 Nama golongan Paren/Deta'au (bangsawan) tidak boleh digabung dengan nama dari golongan Panyen (rakyat/masyarakat biasa), karena suku Kenyah meyakini jika nama dari golongan Paren dan Panyen digabung akan mendatangkan bala atau penyakit bagi yang melanggar larangan tersebut.
Di dalam tradisi suku Kenyah setelah anak dipilihkan namanya, orang tua sang anak diberi gelar baru seperti Tama/Taman/Tamen kepada sang Ayah, dan Tina/Tinen untuk Ibu. Contohnya adalah jika nama anak adalah Jau, Ayah si anak akan diberi sebutan gelar Tama/Taman/Tamen Jau, dan untuk ibu adalah Tina/Tinen Jau.
Seorang anak dapat diberikan namanya antara usia 1 dan 10 tahun. Biasanya, harus ada sekitar minimal 100 anak-anak sebelum upacara penamaan Kenyah ini dapat diadakan.
Sebuah upacara penamaan anak bagi masyarakat Kenyah ini akan dilaksanakan dengan mencari bulan yang baik untuk mempersiapkan pesta adat ini seperti makanan dan akomodasi untuk para tamu dan kerabat untuk memilih konsep upacara, kostum tradisional, manik-manik dan lain sebagainya. Karena dalam tradisi Kenyah semua hal tidak ada yang dianggap remeh/tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Pada hari-hari mendekati upacara/pesta adat tersebut di uma' dado' (rumah panjang), para kaum lelaki akan pergi memancing dan berburu binatang liar, membawa pulang banyak daging babui dan ikan untuk pesta nantinya. Sedangkan para perempuan di rumah mengumpulkan bermacam jenis dedaunan untuk membuat selukung dan adut (sejenis nasi yang dibungkus daun).
Mereka juga membuat burak (minuman fermentasi dari beras). Burak yang harus difermentasi setidaknya 1 atau 2 minggu sebelum upacara adat dilaksanakan.
Pada hari H upacara adat di mulai, Keluarga mereka berbaris lurus di beranda uma' dado'. Burak di guci juga tersusun rapi dalam koridor rumah panjang. Anak-anak yang akan diberi nama Kenyah ditandai pada pakaian mereka didampingi oleh orang tua dan keluarga. Mereka duduk teratur sepanjang beranda rumah panjang, menunggu giliran untuk diberkati oleh Kepala Adat, Dayung, Pastor/Pendeta.
Dalam ritual upacara penamaan anak dimasyarakat Kenyah, nama yang dipilih pertama kali disebut sebelum rotan yang dibengkokkan menjadi bagian yang sama dan dibakar di tengah. Menurut tradisi Kenyah dalam pemilihan nama anak jika api membakar dua bagian dalam panjang yang sama. Jika tidak sesuai, nama lain akan dipilih dan proses ini diulang sampai semua langkah ritual terpenuhi dengan baik.
Ada satu hal unik tentang upacara adat ini adalah bahwa banyak sekali air jahe digunakan ketika upacara dilakukan. Bagi mereka air jahe tidak hanya melambangkan simbol akhir masa kesulitan dan penderitaan, tetapi juga mengusir roh-roh jahat yang ingin mengganggu anak-anak dan masyarakat.
Di tradisi mereka percaya tamu yang meminum air jahe yang disajikan panas selama upacara dan setelahnya akan memiliki kehidupan yang damai dan sejahtera.
Selama ritual sebelum air jahe disajikan, para tu'a tu'a Kenyah akan melakukan ritual 'Epet' (seperti syair), kalimatnya kurang lebih seperti berikut ini :
Iko liye itu, bara apan iko mede' pa' mede jela'..Dulu ia ti kimet keret kimet jaat..Kimet kebang kelatang..Apan dulu kimet liba kimet laya..Kimet sak pemanak..U'o ame nesep sungei lia itu.
Maksud dari kalimat Efet bahasa Kenyah tersebut adalah setelah minum air jahe bersama-sama, mereka akan tinggal disalah satu ikatan cinta sebagai saudara dan saudari. Mereka akan saling memaafkan dan melupakan kemarahan, kebencian dan dendam. Kemudian setelah itu hidup bersama sebagai sebuah keluarga dalam damai, cinta dan harmoni sukacita selamanya.
Upacara/pesta adat pemberian nama anak ini juga bagi mereka dapat membangkitkan rasa aman dan memiliki, kehormatan dan menghormati orang tua dan anak-anak mereka karena mereka semua adalah bagian dari masyarakat suku Kenyah. Pesta adat ini masih dapat kita lihat hingga sekarang disemua perkampungan masyarakat Kenyah di wilayah Baram (Sarawak) dan Apau Kayan (Malinau).