Asal Usul Istilah Kenyah


Suku Kenyah seperti telah diketahui terdiri dari uma’ atau lepo' yang awal mula sekali berada di Apau Da’a (ulu sungai iwan), dimana tiap-tiap rumah panjang dan kampung diisi oleh kelompok yang memiliki bahasa yang sama. 

Tidak diketahui dengan jelas bagaimana penyebutan etnonim 'Kenyah' muncul dari sekitar puluhan uma’ atau lepo' yang ada tersebut. 
Baca juga : Suku Kenyah
Okushima (2008) mengatakan bahwa istilah 'Kenyah' tidak hanya dipakai untuk nama suku Kenyah saja, tetapi juga untuk menamakan sub-Kayan lainnya yang "tidak murni Kayan atau bukan berasal dari Ga’ay". 

Menurut okushima lagi kata "Kenyah" diambil dari kata "Ken'yeah, Ken'yah, Ken'heah" yang berasal dari bahasa kelompok etnik suku Ga'ay yang mereka sematkan kepada suku Kenyah. Dalam bahasa Ga'ay kata tersebut mempunyai arti kata "tanah liar, perbatasan". Un Ken'yah Kejuyn (tanah liar di hulu Sungai Kayan) Suen Ken'yeah Yaeng (di beberapa tanah liar) dan seterusnya.


Pendapat Okushima ini sangat berkesesuaian dengan asal usul suku Kenyah yang menurut cerita lisan berasal dari Apau Da'a di ulu sungai iwan dan hulu sungai Kayan. Apau Da'a sendiri secara geografis terletak di perbatasan Apau Kayan (Indonesia) dengan Sarawak (Malaysia).

Menurut Inoue (2000) dan Soriente (2003) mendeskripsikan istilah ‘Kenyah’sebagai sekelompok orang yang hidup di pedalaman Apau Kayan dan Usun Apau, Sarawak. Kata ‘Kenyah’ tidak dapat dijelaskan dengan satu rumusan saja, harus meliputi berbagai ciri yang ditemukan pada kelompok tersebut. 


Sedangkan Cleary dan Eaton (1993) mendeskripsikan suku Kenyah secara karakteristik berpenampilan energik, bergerak cepat, tubuhnya berotot tapi ramping, kulit bersih dan bebas dari penyakit kulit.



📓 Dalam Ensiklopedi Indonesia (1992: 1663) dijelaskan karakteristik adalah:  

"Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti watak. Secara umum pengertian karakteristik adalah sifat khas yang tetap menampilkan diri dalam keadaan apapun. Bagaimanapun upaya untuk menutupi dan menyembunyikan watak itu, ia akan selalu ditemukan sekalipun kadang- kadang dalam bentuk lain". 

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik adalah penggambaran ciri khas sangat unik, menarik, berbeda, dan melekat pada sesuatu serta didapat dari sebuah proses yang panjang serta tidak dapat ditutupi atau disembunyikan. 

Kelompok etnik/suku Ga'ay ini sekarang kita kenal sebagai beberapa subsuku seperti Bahau, Modang, Wehea, Long Glat, Long Way di Kalimantan Timur dan Utara. Mereka tersebar di hilir sugai Kayan, Malinau, sungai Segah, dan sungai Kelay, Hulu Mahakam, Belayan, Kelinyau, Telen, dan Wahau. 

Etnik Ga'ay ini sebenarnya termasuk bagian dari etnik 
Apau Kayan. Lebih tepatnya mereka termasuk dari bagian kelompok sub suku Kayan (Kayanic). 



Baca juga : Rumpun Apau Kayan

Di wilayah sungai Mahakam, yang masuk kelompok ini adalah: Long Glat, Long Hubung Lama dan Keliway. Di wilayah sungai Kayan, ada Seloy (Gong Kiya:n) dan Long Bagun. Di Muara Ancalong ada orang Long Way seperti: Long Nah, Melean, dan Long Bentuk. Di sungai Segah ada Long La'ay dan Long Ayan.

Menurut riwayat lisan, ada dua versi yang menjelaskan asal-usul etnonim etnik Ga’ay ini. 


Versi pertama, orang dari etnik Ga’ay sendiri menyebutkan bahwa Ga’ay diambil dari kata “Gay” (mandau) karena mereka sering menggunakan mandau untuk  melakukan ayau (pemenggalan kepala manusia). 


Versi kedua menurut orang Kenyah Lepo Tau menyebutkan bahwa Ga’ay berasal dari kata "Ba’ay" yang artinya "Orang ilir" karena pada saat bersama-sama tinggal di sungai Baram, orang Kenyah Lepo Tau menempati wilayah ulu dan orang Ga’ay yang datang kemudian mendiami wilayah ilir atau muara sungai. 


Begitu pun awal mula istilah kata 'Kayan' yang disematkan kepada suku Kayan yang diambil dari kata "Kejien, Kejuyn, Kaya: n, Kiya: n" yang juga berasal dari bahasa etnik suku Ga'ay yang mengandung arti sungai Kejien (sungai Kayan). 

Etnonim Kaya:n misalnya, dalam berbagai dialek diucap secara berbeda. Orang Melayu menyebutnya Kayan. Sedangkan dalam bahasa Ga'ay, disebut Keji:n (Long Way), Kiya:n (Long La'ay), dan Kejuyn (Long Glat).


Menurut Guerriero (2006:5) bahwa semua kelompok Kenyah dan Kayanic memiliki asal geografis yang sama di cekungan Baram, Sarawak sekitar 2.000 tahun yang lalu, dimana mereka membentuk satu pengelompokan linguistik.

Kelompok etnik berbahasa Ga'ay sendiri mendapat berbagai eksonim. Para Sultan di Bulungan dan Berau memberi mereka eksonim Segai/Segei/Segai-i karena berasal dari sungai Segah. Sedangkan oleh para Sultan Kutai, karena sulit melafal Medaeng (Long Way) lalu memberi eksonim Modang. Sementara orang Wehea yang merupakan kelompok Ga'ay-ized Bahau, oleh orang Melayu diberi eksonim Wahau.

Penyebutan kata atau istilah kepada satu kelompok dengan kelompok lainnya di masa lampau lazim di gunakan seperti halnya istilah kata 'Bahau'.  Istilah Bahau sendiri berasal dari bahasa Kenyah dari kata ' Baw' yang mempunyai arti kata 'Tinggi' (Bahau merupakan sebuah wilayah yang berada di dataran tinggi Apau Kayan yang dimasa lampau juga pernah menjadi tempat tinggal suku Bahau). Orang-orang dari suku Kenyah memberi mereka (suku Bahau) eksonim sebagai Uma' Baw.

asal usul istilah kenyah
asal usul istilah suku dayak kenyah


🔗 sumber photo : 


https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Dansende_Kenyah_te_Longnawang_Borneo_TMnr_10003436.jpg

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Twee_jonge_Kenyah_vrouwen_met_jakken_aan_en_oorringen_in_Borneo_TMnr_10005591.jpg


🔗 sumber referensi : 📑 http://cikguchristinahulo.blogspot.com/.

    Dema Yeliang

    Share this

    Related Posts

    Previous
    Next Post »
    View comments