Saung adalah topi bundar lebar khas suku Kenyah yang biasanya digunakan untuk melindungi dari terik matahari dan juga digunakan untuk acara adat masyarakat Kenyah.
Saung juga dapat membedakan strata sosial pemakainya. Ada beberapa istilah penyebutan topi lebar ini dalam masyarakat Kenyah yaitu : Saung, Sa'ong, Hong. Hal ini terjadi karena suku Kenyah terdiri dari beberapa dialek vokal bahasa.
Saung/Sa'ong/Hong suku Kenyah terdapat beragam jenis :
☑ Saung Aban
☑ Saung Amung
☑ Saung Ledap
☑ Saung Seling
Saung Amung dan Saung Ledap akan diterangkan khusus dipostingan berikutnya.
Saung Aban adalah topi lebar yang terbuat dari daun sang untuk melindungi kepala dari terik matahari yang sering digunakan oleh semua masyarakat Kenyah untuk pergi berladang maupun acara adat dan dihiasi kain berwarna-warni yang dihiasi dengan manik-manik serta motif khas Kenyah tanpa hiasan simbol bulu burung temengang.
Saung Seling adalah topi lebar masyarakat Kenyah yang terbuat dari bambu bulo panyut bila' dan daun sang seperti halnya saung aban, namun dihiasi dengan simbol iko sui temengang (Bulu ekor burung enggang) serta motif bergambar kelunan (manusia).
Saung Seling sangat sakral dalam adat tradisi Kenyah. Sehingga pembuatan dan penggunaannya pun mengikuti aturan-aturan adat dari Tepun (Leluhur) mereka.
Berbeda halnya dengan saung aban dan saung amung yang boleh dibuat atau dipakai oleh siapapun bahkan diperjual belikan maka saung seling tidaklah demikian. Saung seling hanya boleh dibuat dan digunakan oleh golongan Paren (Bangsawan) dan tidak dapat diperjual belikan.
Menurut cerita lisan dari para orang tua suku Kenyah di Apau Kayan, Saung Seling ini berasal dari pemberian Jalung Bali Jelau (Roh penguasa di sungai) dan sesuai dengan pesan Jalung Bali Jelau kepada Tepun suku Kenyah dahulu bahwasanya yang boleh membuat dan menggunakan saung seling hanyalah dari golongan Paren.
Jika larangan Tepun tersebut dilanggar maka akan mengakibatkan Parip (Tulah, Sial) dan bala bencana bagi yang tidak mematuhi larangan tersebut. Sehingga hingga kini pun masyarakat Kenyah yang masih tinggal di pedalaman Apau Kayan sangat mematuhi aturan Tepun mereka.
Sekarang ini banyak saung seling yang dijual bebas, namun saung seling tersebut dapat dipastikan bukanlah saung seling yang dibuat oleh asli orang Kenyah, meskipun dijual dengan embel-embel nama dan simbol motif Kenyah.
Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya bahwa masyarakat Kenyah yang tinggal di pedalaman Apau Kayan sampai sekarang masih memegang teguh larangan dan mematuhi aturan adat leluhur mereka.
Photo: www.facebook.com/anakalam.ujungnegri