Puncak carstenz pyramid (Puncak Jaya) merupakan gunung tertinggi di Indonesia. Tinggi gunung ini sekitar 5030 mdpl dengan puncaknya ditutupi salju abadi. Namun ketinggian gunung terus menyusut hingga 4889 mdpl (4.884 km di atas permukaan laut). Menyusutnya salju abadi disebabkan global warming. Puncak cartenz ini merupakan gunung yang tertinggi di kawasan Oceania. Puncak carstenz adalah salah satu dari tujuh puncak dunia.
Puncak Jaya yang sebelumnya bernama "Carstensz Pyramid" setelah penjelajah Belanda Jan Carstenszoon menamainya ketika pertama kali melihat gletser di puncak gunung di tahun 1623. Padang salju (gletser) Puncak Jaya berhasil didaki pada tahun 1909 oleh seorang ilmuwan Belanda Dr.Hendrik Albert Lorentz dengan enam orang Suku Dayak Kenyah yang direkrut dari Apau Kayan di Kalimantan. Inilah awal mula penyebutan Taman Nasional Lorentz yang juga meliputi "Carstensz Pyramid", didirikan pada tahun 1919 menyusul laporan kesuksesan ekspedisi ini.
Ekspedisi pendakian pertama baru dilakukan oleh Dr.H.A Lorentz di tahun 1907. Ekpedisi selama 6 bulan tersebut mengalami kegagalan akibat keganasan alam Nieuw-Guinea (Papua) saat itu.
Berawal dari pengalaman kegagalan diekspedisi pertama serta menyadari keganasan alam papua kemudian H.A lorentz melanjutkan kembali dengan ekspedisi kedua pada tahun 1909-1910. Namun ekspedisi kedua ini untuk pertama kalinya lorentz merekrut 6 orang porter "Dayak Kenyah" dari Apau Kayan.
Pada ekspedisi Kedua (1909-1910) Lorentz bersama Van Nouhuys sebagai peneliti ilmiah melanjutkan ekspedisi kembali. tanggal 15 Maret 1909 bersama anggota yang direkrut dari Dayak Kenyah berangkat dari Batavia (Jakarta) menuju New Guinea (Papua). Rute yang sama dari ekspedisi pertama sebelumnya hingga tiba di pulau Bivak . Dengan kapal-kapal kecil diangkut makanan selama 100 hari berikutnya untuk lebih lanjut ke hulu Camp Alkmaar.
Pada tanggal 5 November 1909, setelah tanjakan berat, mereka mencapai dataran tinggi di 3700 meter ketinggian, 2 hari kemudian salju dapat diamati di dasar puncak Wilhelmina. Pada tanggal 8 November 1909 Lorentz, Van Nouhuys dan 6 orang Dayak Kenyah akhirnya berhasil mencapai puncak bersalju tersebut di 4461 meter ketinggian.
Setelah sekian lama mereka di Papua sesudah keberhasilan mencapai puncak tertinggi dan tinggal disana beberapa waktu untuk meneliti tentang botani dan lain sebagainya. Pada tanggal 1 Maret 1910, ekspedisi meninggalkan New Guinea ( Papua) untuk berlayar kembali ke Batavia.
"Keberhasilan ekspedisi ini kemudian dirayakan oleh belanda di Artis pada 21 Mei 1910 dengan perjamuan meriah".
Setelah kesuksesan besar diekspedisi kedua kemudian pada tahun 1912-1913 ekpedisi yang ketiga kembali dilanjutkan dengan dipimpin A. Franssen Herderschee, seorang perwira KNIL dan kali ini dengan merekrut lebih banyak porter yang kembali direkrut dari Dayak Kenyah berjumlah 16 orang Kenyah. Di ekspedisi yang ketiga menyertakan juga belasan orang dari Dayak Kayan.
Ekspedisi ketiga selain kembali mendaki pegunungan, juga digunakan untuk pengetahuan dan pengalaman dari dua ekspedisi sebelumnya serta melakukan studi lebih dekat dari flora dan fauna dari daerah, struktur geologi bukit di kawasan Bivak (Biak) dan Pesegem.
Kemudian pada tanggal 21 Februari 1913 setelah tanjakan sulit ke puncak dijinakkan, para porter Dayak Kenyah yang belum pernah melihat salju, mereka kegirangan bagaikan sedang berpesta (yang menaiki puncak gunung adalah enam orang dari suku Kenyah). Mereka melempari satu sama lain dengan bola-bola salju dan ingin membawa gumpalan bola-bola salju untuk ditunjukkan kepada rekan-rekan mereka yang sebagian tetap tinggal di dataran rendah Bivak (Biak).
Dibalik gemilangnya keberhasilan pendakian puncak Wilhemina dan Cartenz pyramid di ekspedisi kedua dan ketiga hanya sedikit orang yang mengetahui sebuah kenyataan bahwa peran suku Kenyah sebagai kaum pelopor dan perintis sangatlah penting. Suku Kenyah sebagai penghuni asli Apau Kayan adalah orang-orang yang diberi karunia dan anugerah oleh Tuhan sebagai kaum yang memiliki fisik sangat kuat dan tahan terhadap siksaan alam.Suku kenyah sangat terkenal sebagai kaum perintis sungai, dengan pakaian seadanya mereka berhasil menghantarkan para ilmuwan dan tentara KNIL Belanda dan rekan-rekannya menuju puncak Cartenz.
Penghormatan dan penghargaan yang diberikan atas besarnya jasa suku Kenyah dalam pendakian Cartenz piramid ditandai dengan menamai salah satu jalur pendakiannya dengan nama yaitu "Dayak Pass". Sebuah nama jalur pendakian untuk mereka yang tangguh dan pemberani.
Kemudian yang jadi pertanyaan kenapa hanya Kenyah dan Kayan yang di rekrut..?
Perekrutan Orang Kenyah dari Apau Kayan dalam ekspedisi kedua dan ketiga tersebut bukanlah tanpa alasan. Seperti kita ketahui suku Kenyah adalah penduduk asli kawasan Apau Kayan.
Apau Kayan sendiri notabene juga merupakan dataran tinggi. Tentu dengan direkrutnya Orang-Orang dari suku Kenyah yang sudah terbiasa mobilitas di dataran tinggi sehingga tidak akan terlalu sulit bagi mereka beradaptasi di kawasan Papua yang juga dataran tinggi penuh dengan pegunungan. Selain itu Kenyah juga dikenal sebagai ahli perintis sungai.
Dalam dokumentasi photo di koleksi Nationaal Museum Van Wereldculturen (NMVW- collectie) di document photo-photo Zuid Nieuw-Guinea Expeditie baik ekspedisi kedua 1909-1910 maupun ekspedisi ketiga 1912-1913 tersebut, Kolonial Belanda menyebut Dayak Kenyah dengan sebutan Kenja Dajak dan Kajan untuk menyebut Kayan. Di sebutkan pula suku Kenyah di pimpin oleh Ding Poei (Ding Apui/Pui Ding) dan Taman Megam. Sedangkan suku Kayan di pimpin oleh Sawang.
Di koleksi photo-photo tersebut juga disebutkan beberapa nama Orang Kenyah yang terdokumentasi seperti "Taman Megam, Ding Poei (Ding Apoi/Pui Ding), Ligang Oelau (Ligang Ulau), Aran, Maja (Maya), Masan, Oejau Jot (Uyau Iut), Oedau (Udau)".
Keterlibatan suku Kenyah dalam ekspedisi ini juga disebutkan oleh Carl Lumholtz dalam buku catatan perjalanannya di Tanjung Selor dan Apau Kayan (Through Central Borneo; an account of two years' travel in the land of the head-hunters between the years 1913 and 1917), dimana Lumholtz bertemu dengan orang Kenyah yang pernah mengikuti ekspedisi tersebut. Salah seorang diantaranya ialah yang bernama Amban Klesau anak Kepala suku Kenyah di Long Mahan.
Kemudian terdokumentasi juga dalam catatan perjalanan oleh ahli geologist berkebangsaan Swiss Wolfgang Leupold (Memori dari Kalimantan / Memories from Borneo 1921–1927). Dalam dokumentasi photo tersebut Wolfgang Leupold bertemu dengan dengan orang Kenyah yang bernama Amban Klisan ketua suku Kenyah Uma' Kulit di Long Leju. yang rupanya sering bekerja untuk orang Eropa yang bertugas untuk pemerintah kolonial, misalnya tahun 1909 - 1910 pada ekspedisi pengeksplorasian di daerah bersalju di Irian barat, yang didokumentasikan dengan baik, di bawah pimpinan H. A. Lorenz.
Seperti kita ketahui nama-nama Orang Kenyah umumnya mempunyai keunikan (khas) tersendiri, Sehingga tidaklah sulit untuk mengidentifikasi Orang-Orang tersebut adalah dari suku Kenyah.
Baca juga : Pesta Adat Memberikan Nama Kepada AnakSelain dari nama-nama khas kaum Kenyah, pakaian dan peralatan yang mereka gunakan juga memang sangat jelas dapat dipastikan khas dari Kenyah dan Kayan (abet, baing ilang, uleng, belat, belaung sigep). Serta cerita ini masih diceritakan turun temurun oleh para keturunan langsung para pendaki dan porter Kenyah tersebut hingga sekarang di Kaltara.
Sumber referensi :
http://collectie.tropenmuseum.nl/
Through Central Borneo; an account of two years' travel in the land of the head-hunters between the years 1913 and 1917 by Carl Lumholtz.
Paola von Wyss-Giacosa and Andreas Isler: Memori dari Kalimantan / Memories from Borneo 1921–1927. Dokumentasi foto oleh ahli geologi Swiss Wolfgang Leupold / Photographs by the Swiss geologist Wolfgang Leupold.
Untuk lebih jelasnya silahkan melihat dan searching sendiri ke sumber photo tersebut di Nationaal Museum Van Wereldculturen (NMVW- collectie) dengan keyword "Zuid Nieuw-Guinea Expeditie"
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Drie_Kenyah-Dajaks_uit_het_gebied_rond_de_Beneden_Kajan-rivier_in_Borneo_die_hebben_deelgenomen_aan_de_Centraal_Nieuw-Guinea_Expeditie_van_1921-%2722_TMnr_10005567.jpg