Hukum Pelabai Dalam Masyarakat Adat Kenyah

Suku Kenyah adalah salah satu masyarakat adat yang berdasarkan hukum adat tradisional. Bagi masyarakat adat Kenyah, perbuatan seks sebelum menikah sangat dibenci dan dilarang. Jika ada seseorang (oknum) dalam masyarakat melakukan kesalahan tersebut, oknum tersebut akan dijatuhi hukuman yang disebut dengan Pelabai.


Terakhir kalinya hukuman pelabai dilakukan ketika masyarakat Kenyah masih menganut agama kepercayaan Adet Pu'un (Bungan, Jalung Nyalang) dan belum mengenal agama Kristen. Sekiranya ada oknum masyarakat Kenyah melakukan zina, mereka akan dihukum dengan batang pohon tepus atau dikenali dengan nama saintifik, Amomum

Pelabai adalah hukuman berat dalam tradisi adat Kenyah yang menunjukkan kebencian masyarakat terhadap perilaku seseorang yang berhubungan badan sebelum menikah. Didalam uma' dado' (rumah panjang) ada beranda kecil yang membolehkan mereka menjalankan kegiatan seperti menyulam dan lain sebagainya. Kemudian, ada amin (bilik kamar) yang terdapat banyak tiang. 

Pada hari pertama, si perempuan yang dikenakan hukum Pelabai akan diikat disalah satu tiang dengan bertelanjang bulat dengan tangan terikat ke atas. Masyarakat Kenyah yang tinggal di rumah panjang dan kebetulan berjalan berlalu lalang melewati si terhukum akan menghina, meludah serta mencaci maki si perempuan tersebut.

Jika si perempuan itu sedang hamil, dia akan dipindah ke daerah pemakaman atau kuburan. Lokasi pemakaman masyarakat Kenyah biasanya terletak dibahagian hilir seberang sungai. Keluarga perempuan hanya boleh mengirim makanan tanpa berbicara sepatah kata pun sampai perempuan tersebut melahirkan. 

Perempuan tersebut ketika hendak melahirkan harus menggali lubang dan melahirkan sendiri dikuburan. Bayi yang dilahirkan pun harus dikuburkan hidup-hidup. Biasanya, si ibu turut mati dikarenakan melahirkan seorang diri, tanpa bantuan siapapun.

Sedangkan hukuman pelabai kepada pihak oknum kaum lelaki, juga ditelanjangi seperti halnya oknum perempuan dan digiring ke sungai. Lelaki itu harus berdiri di sungai hingga air sungai ke batas dada. Lelaki ini akan berdiri dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Para pemuka adat di rumah panjang kemudian akan menggunakan batang tepus untuk merajam atau mencambuk batang tepus tadi ke arah kemaluan alat vital lelaki tersebut dengan sekuat tenaga.


hukum pelabai dalam masyarakat kenyah
ilustrasi
Batang tepus sangatlah kuat dan dapat membuat cacat hingga membunuh. Biasanya lelaki yang menjalani hukuman pelabai akan mati. Andai pun hidup, dia akan lumpuh dan alat vital kemaluannya tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana halnya lelaki normal umumnya.

Sekarang ini, hukuman pelabai kepada oknum masyarakat yang berzina tidak pernah dipraktekkan lagi. Disebabkan masyarakat Kenyah kini sudah meninggalkan agama kepercayaan Adet Pu'un serta telah mengenal dan menganut agama Kristen.

Dema Yeliang

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
View comments